IDPOST.CO.ID – Peristiwa heroik terjadi di Blitar pada 14 Februari 1945, saat perlawanan besar terjadi yang melibatkan para prajurit Pembela Tanah Air (PETA).
Aksi ini dipimpin oleh Soepriyadi, seorang pemuda yang dikenal berani dan memiliki semangat nasionalisme tinggi.
PETA awalnya dibentuk oleh Jepang pada 1943 dengan tujuan melatih pemuda Indonesia menjadi tentara yang dapat membantu Jepang menghadapi Sekutu.
Namun, semangat juang para pemuda ini justru berbalik menjadi perlawanan terhadap penjajahan Jepang.
Puncak pemberontakan terjadi ketika Soepriyadi dan pasukannya menentang penindasan Jepang yang semakin brutal.
Mereka merencanakan pemberontakan di Blitar, dengan sasaran markas-markas Jepang. Sayangnya, kekuatan militer Jepang yang lebih besar berhasil menggagalkan perlawanan ini.
Banyak anggota PETA yang ditangkap dan dieksekusi. Soepriyadi, sang pemimpin, menghilang setelah pemberontakan tersebut, dan keberadaannya hingga kini masih menjadi misteri.
Meskipun perlawanan tersebut gagal, semangat juang yang ditunjukkan oleh Soepriyadi dan pasukannya tetap dikenang.
Pada tahun 1975, pemerintah Indonesia mengangkat Soepriyadi sebagai Pahlawan Nasional untuk menghormati perjuangannya melawan penjajahan.
Pemberontakan PETA di Blitar menjadi salah satu simbol penting dalam sejarah perjuangan Indonesia menuju kemerdekaan, menginspirasi semangat nasionalisme yang semakin kuat di kalangan pemuda Indonesia.
Kini, monumen dan museum di Blitar menjadi saksi bisu dari keberanian mereka dalam melawan penjajahan demi kemerdekaan Indonesia.