MEDIANE ONLINE – Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Islam Balitar gelar diskusi publik dengan tema ‘menjawab tantangan perubahan sosial di era digital’, Selasa 13 Desember 2022.
Diskusi tersebut digelar di Kedai WDWKopi2000 Kota Blitar dan diikuti oleh puluhan pemuda baik dari Kabupaten Blitar maupun Kota Blitar.
Eko Adi Susilo dosen Ilmu Administrasi Niaga pemateri diskusi mengatakan, diskusi yang pihaknya gelar merupakan bentuk aplikasi dari Tridarma Peguruan Tinggi.
“Tridharma Perguruan Tinggi tidak hanya dilaksanakan oleh mahasiswa saja. Akan tetapi, dosen juga wajib melaksanakan pengajaran, penelitian/riset dan juga pengabdiankan diri kepada masyarakat,” katanya.
Dijelaskanya, cepatnya perubahan sosial memberikan dampak signifikan di berbagai bidang baik di bidang ekonomi dan teknologi.
“Perubahan sosial di bidang ekonomi banyak ditandai dengan perubahan dalam bidang keuangan. Bahkan sekarang sistem perbankan kini berbasis teknologi,” ucapnya.
Eko yang juga sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara mencontohkan, dulu dalam jual beli ada istilah tawar menawar.
“Dalam perdagangan yang dulu hanya bisa dilakukan secara tatap muka di pasar dan bisa tawar menawar, sekarang dengan hadirnya aplikasi penjual dan pembeli tidak harus bertemu secara langsung bisa melalui aplikasi e-commerce tersebut,” ucapnya.
“Tentu saja ini menjadi sebuah tantangan sekaligus peluang bagi para pebisnis serta para calon pembeli,” lanjutnya.
Sementara pemateri kedua Novi Catur Muspita mengatakan perubahan sosial telah membuka cakrawala dan komunikasi serta kerjasama terbuka dalam berbagai aktivitas baik di bidang pendidikan, sosial, dan budaya.
“Kita sekarang menjadi masyarakat global dunia karena hadirnya dan mudahnya mengakses teknologi. Namun demikian, kita sebagai bangsa Indonesia tentu saja harus berpegang teguh terhadap berbagai norma-norma yang ada,” ucapnya.
Dikatakanya pula, perubahan sosial di era digital tidak bisa dihindari mengingat perubahan sosial terus terjadi dan terus mengalami pergeseran.
“Memahami konteks perubahan sosial di era digital wajib dipelajari dan dikuasai mengingat perubahan sosial terus terjadi dan terus mengalami pergeseran. Jadi, norma sosial yang wajib menjadi panduan dan pegangan hidup,” ucapnya.
Novi mewanti-wanti, mudahnya akses digitalisasi bisa mencadi ancaman hadirnya faham radikalisme, intoleransi, faham LGBT, hedonisme dan konsumerisme dikalangan generasi muda.
“Kita harus berkomitmen bersama dalam menjaga keutuhan dan persatuan dan kesatuan Indonesia agar faham-faham tersebut tidak merusak generasi muda Indonesia,” tutup Ketua Program Studi Sosiologi Universitas Islam Balitar.