Seorang remaja berumur 15 tahun mempunyai alergi air, hingga membuat tidak bisa menangis atau mandi dengan teratur karena membuatnya kesakitan. |
MEDIANE ONLINE – Seorang remaja berumur 15 tahun mempunyai alergi air, hingga membuat tidak bisa menangis atau mandi dengan teratur karena membuatnya kesakitan.
Abigail Beck, remaja asal Arizona yang alergi air itu didiagnosa dengan urtikaria aquagenic bulan kemarin. Dia mulai alami tanda-tanda pertama kalinya semenjak tiga tahun kemarin.
Urtikaria aquagenic yang dialaminya sebagai keadaan sangat jarang. Ada prediksi jika alergi air ini memperngaruhi 1 dari 200 jura orang, yang mengakibatkan tanda-tanda gatal-gatal.
Abigail akui hujan atau mandi rasanya asam, hingga dia cuma mandi dua hari sekali. Bahkan juga, dia belum minum satu gelas air lebih dari satu tahun karena mengakibatkan muntah.
Karenanya, dia pilih konsumsi minuman energi atau juice delima yang berkadar air lebih rendah.
Dokter sudah usaha memberikannya pil rehidrasi dan sedang menimbang untuk memberikannya infus reguler supaya memperoleh semakin banyak cairan.
Abigail pertama kalinya alami tanda-tanda yang menganiaya di tahun 2019 saat umurnya 13 tahun dan baru memulai rasakan pubertas.
Karena keadaan ini termasuk sangat jarang, dokter tidak paham banyak langkah terbaik untuk menyembuhkannya.
Pasien umumnya memperoleh therapy, terhitung antihistamin, perawatan cahaya UV, steroid, cream yang bertindak selaku penghambat dan mandi dengan natrium bikarbonat.
Awalnya, Abigail tidak selekasnya berobat ke dokter karena takut disangka edan dan baru kumpulkan keberanian tahun 2022 ini.
“Perlu waktu yang lama untukku kumpulkan keberanian ini. Karena, perlahan-lahan keadaannya makin lebih buruk dan rasa sakitnya benar-benar kronis saat hujan,” kata Abigail diambil dari Daily Mail.
Bahkan juga, dia sempat menduga merasa sakit yang dirasakannya itu normal. Hingga kemudian, dia coba menanyakan pada ibunya dan makin lama mengetahui dianya berlainan sama orang lain.
“Bahkan juga air mata saya sendiri mengakibatkan reaksi di muka saya, yang menjadi merah dan terbakar kronis,” katanya.
Karenanya, dia tidak menangis dan tidak mansi. Abigail cuma dapat minum sedikit air pada satu waktu dan ambil antihistamin dan steroid untuk menangani reaksi.
Dalam pada itu, dia alami reaksi pada minuman energi yang mengakibatkan kram dan ngilu sepanjang empat jam.
“Saya takut bila satu hari kelak tidak teratasi, tidak ada yang tahu apakah yang harus dilaksanakan,” ucapnya.