IDPOST.CO.ID – Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, memimpin prosesi ziarah ke makam para leluhur, Rabu, 26 Maret 2025.
Acara ini merupakan bagian dari peringatan Hari Jadi ke-119 Kota Blitar yang jatuh pada 1 April mendatang.
Dengan tema “Kota Blitar Baru, Kota Blitar Maju, Menuju Kota Masa Depan,” ziarah ini lebih dari sekadar ritual tahunan; ia menjadi refleksi perjalanan panjang yang penuh makna dalam sejarah kota.
Ziarah dimulai di makam Bung Karno, tokoh yang sangat dihormati di Indonesia. Di kompleks pemakaman, Mas Ibin bersama rombongan Forkopimda Blitar menundukkan kepala dan memanjatkan doa untuk sang proklamator.
Soekarno, lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dan wafat pada 21 Juni 1970, dikenal sebagai presiden pertama Republik Indonesia yang berjuang keras untuk kemerdekaan. Blitar, sebagai lokasi pemakamannya, menjadi bagian penting dalam sejarah kepemimpinan nasional.
Menghormati Legenda Lokal: Mbah Bendo
Ziarah berlanjut ke Makam Mbah Bendo, sosok yang mungkin tidak sepopuler Soekarno namun sangat dihormati di Blitar.
Dikenal sebagai tokoh spiritual yang berperan penting dalam pergerakan PETA pada tahun 1945, Mbah Bendo menjadi simbol perjuangan lokal.
Mas Ibin menegaskan bahwa peringatan ini bukan hanya sebuah acara seremonial, tetapi juga kesempatan untuk meneladani semangat para pejuang yang telah berkorban untuk kota.
Pasarean Pangeranan: Jejak Para Pemimpin
Setelah dari Mbah Bendo, rombongan melanjutkan ke Pasarean Pangeranan, tempat peristirahatan bagi para pemimpin Blitar di masa lalu.
Di sini, terbaring para Bupati Blitar awal seperti KPH Warsokoesoemo dan KPH Sosrohadinegoro, serta tokoh pendidikan Raden Kartowibowo.
Suasana di Pasarean ini semakin syahdu di tengah hujan, memperkuat makna dari ziarah sebagai pengingat akan tanggung jawab kepemimpinan.
Makam Patih Djojodigdo: Pembangunan dan Inovasi
Perjalanan ziarah berakhir di Makam Patih Djojodigdo di Jalan Melati. Djojodigdo, yang dilantik pada 8 September 1877, berperan penting dalam pembangunan Blitar di era kolonial.
Di bawah kepemimpinannya, Blitar mengalami banyak perubahan, termasuk pembangunan Stasiun Kereta Api Blitar pada tahun 1884 yang membuka jalur perdagangan. Ia dihormati sebagai Bapak Pembangunan Blitar, meninggalkan warisan yang masih dirasakan hingga kini.
Ziarah ini bukan sekadar mengenang, tetapi juga menjadi simbol kesinambungan kepemimpinan. Mas Ibin berharap agar Blitar tidak hanya dikenal karena sejarahnya, tetapi juga untuk kemajuan dan inovasi yang terus berkembang.
Dengan peringatan ke-119, Pemkot Blitar berkomitmen untuk menjadikan kota ini modern dan inklusif, sambil tetap menghargai nilai-nilai yang diwariskan oleh para leluhur.
“Sejarah adalah pondasi, dan dari sanalah kita membangun masa depan,” tutup Mas Ibin, mengingatkan semua bahwa setiap langkah ke depan harus berpijak pada jejak yang ditinggalkan oleh pendahulu.