IDPOST.CO.ID – Para pimpinan Arab dengan terbuka menekan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken pada Sabtu 4 Oktober 2023 agar selekasnya lakukan gencatan senjata di Gaza.
Tekanan itu muncul beberapa saat sesudah masyarakat Palestina menjelaskan gempuran udara Israel dalam suatu sekolah yang diatur Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dipakai untuk tempat berlindung dan menewaskan sedikitnya 15 orang.
Blinken secara tegas dan terbuka menampik gagasan itu. Dia mengutamakan gencatan senjata cuma akan memberikan keuntungan Hamas yang bisa membuat barisan itu berpadu lagi dan lakukan serangan.
Blinken berjumpa dengan menteri luar negeri dari Arab Saudi, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, dan Yordania di Amman.
“Sekarang ini kita harus pastikan perang ini stop,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi pada pertemuan jurnalis sesudahnya.
Blinken mengatakan semua pihak sepakat mengenai perlunya perdamaian dan bahwa status quo di Gaza saat ini tidak dapat dipertahankan. Namun dia mengakui ada perbedaan antara Washington dan para sekutunya.
“Gencatan senjata sekarang hanya akan membuat Hamas tetap bertahan, mampu berkumpul kembali dan mengulangi apa yang terjadi pada 7 Oktober,” kata Blinken.
Blinken dijadwalkan melanjutkan perjalanannya ke Timur Tengah pada Minggu 5 Oktober 2023.
Kunjungan tersebut merupakan lawatan kedua Blinken ke wilayah itu sejak konflik Israel-Palestina pecah pada 7 Oktober.
Saat itu Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, menerobos perbatasan ke Israel, menewaskan 1.400 orang dan menyandera lebih dari 240 orang lainnya.
Israel sejak itu terus menggempur Gaza dari udara, melakukan pengepungan dan melancarkan serangan darat, memicu kekhawatiran global terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut, kata pejabat kesehatan Gaza pada Sabtu 4 Oktober 2023.
Serangan Israel disebut telah menewaskan lebih dari 9.488 warga Palestina.
Kantor berita Palestina WAFA melaporkan 51 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam aksi pengeboman Israel terhadap kamp pengungsi Maghazi di Gaza pada Sabtu (4/11) malam. Reuters tidak dapat memverifikasi laporan WAFA secara independen.
Meroketnya jumlah warga sipil yang tewas meningkatkan gelombang seruan internasional agar Israel melakukan gencatan senjata.
Namun Washington, seperti halnya Israel, sejauh ini mengabaikan seruan tersebut.
Namun di sisi lain, AS tetap berupaya membujuk pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menerapkan jeda kemanusiaan.
Pemimpin Israel menolak tegas gagasan itu setelah dia bertemu Blinken pada Jumat 3 Oktober 2023.
Pada Sabtu 4 Oktober 2023, ketika ditanya oleh wartawan apakah ada kemajuan terkait usulan jeda kemanusiaan, Presiden AS Joe Biden menjawab “Ya” dan mengacungkan jempol saat meninggalkan gereja di Pantai Rehoboth, Delaware.
Namun tidak jelas berapa lama pemerintahan Biden dapat menolak seruan tersebut, di tengah masifnya demonstran pro-Palestina di sejumlah kota besar di seluruh dunia pada Sabtu 4 Oktober 2023, termasuk London, Berlin, Paris, Istanbul dan Washington. Mereka menuntut dilakukannya gencatan senjata.
“Perang ini hanya akan menimbulkan lebih banyak penderitaan bagi warga Palestina, bagi Israel, dan ini akan mendorong kita semua kembali ke dalam jurang kebencian dan dehumanisasi,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dalam konferensi pers bersama dengan Blinken. “Jadi, hal itu perlu dihentikan.”
Saksi mata Palestina mengatakan Israel menyerang sekolah Al-Fakhoura di Jabalia, tempat ribuan pengungsi tinggal, pada Sabtu 4 Oktober 2023 pagi.
Militer Israel mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa pihaknya tidak menargetkan lokasi tersebut “tetapi ledakan tersebut mungkin disebabkan oleh tembakan IDF (Israel Defense Force/Pasukan Pertahanan Israel) yang ditujukan ke sasaran lain.”
Para pemimpin Arab juga tampak enggan memberikan komentar komprehensif mengenai masa depan Gaza. Mereka berdalih saat ini masih berfokus pada penghentian perang dan belum membayangkan seperti apa wilayah tersebut pascaperang.
“Ini terlalu dini untuk saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry pada konferensi pers yang sama. “Anda harus berkonsentrasi pada masalah yang ada,” katanya, mengacu pada bantuan kemanusiaan untuk Gaza dan penghentian permusuhan.