MEDIANE ONLINE – Sebanyak 37 anak dengan bentang umur 3-17 tahun meninggal dunia akibat tragedi Kanjuruhan usai Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Data tersebut disampaikan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Dari data Posko Postmortem Crisis Center Pemerintahan Kabupaten Malang pada Selasa 4 Oktober 2022 pukul 02.00 WIB, keseluruhan korban meninggal sekitar 133 orang.
Korban meninggal tersebut dengan rincian wanita 42 orang, lelaki 91 orang.
Sementara, korban yang belum terdeteksi umurnya sekitar 18 orang. Menurut KemenPPPA data ini setiap saat dapat berbeda.
Menteri PPPA Bintang Puspayoga menggerakkan seluruh pihak untuk bersama mendatangkan stadion sepakbola yang ramah wanita dan anak dan penyelenggaraan laga yang memberi pelindungan ke wanita dan anak.
“Pelaksana laga harus mempunyai tutorial atau prosedur pelindungan untuk barisan rawan, terutamanya anak-anak termasuk wanita dan penyandang disabilitas,” kata Bintang Puspayoga.
Untuk pastikan pelindungan dan pemenuhan hak wanita dan anak sebagai korban, Pemerintahan Propinsi Jawa Timur, lewat Gubernur Jawa Timur, sesuai wewenangnya tegas mengatakan jika ongkos penyembuhan semua korban akan dijamin Pemerintahan Propinsi.
Rinciannya untuk korban yang meninggal akan mendapatkan santunan Rp10 juta dan korban cedera Rp5 juta.
Pemerintahan Pusat lewat dana yang difasilitasi oleh Presiden RI dan Kementerian Sosial (Kemensos) akan memberi santunan ke keluarga korban.
Untuk trauma healing, Dinas berkaitan masih lakukan koordinir karena beberapa korban masih juga dalam penyembuhan buat mereka yang alami beberapa luka.
Sekarang ini, Pemerintahan Propinsi Jawa Timur bersama Pemerintahan Kabupaten dan Pemerintahan Kota Malang akan konsentrasi tangani korban tragedi kekacauan Arema FC versus Persebaya FC.
Pengiringan diberi sama sesuai keperluan terutamanya, dimulai dari pengiringan awalnya psikis bekerja sama dengan Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) atau merajut kerja-sama dengan faksi Kampus terutamanya Fakultas Psikologi, karena dalam pengatasan permasalahan wanita dan anak sebagai cross cutting issues.
Menteri PPPA mengharap peristiwa semacam itu tidak lagi terulang lagi dan pembelajaran ke supporter kembali harus dimasifkan.
Supaya yang akan datang aktivitas melihat pertandingan sepakbola yang digemari beragam umur dan kelompok bisa dicicipi tak perlu ada kekuatiran.
KemenPPPA sudah bekerjasama dengan Dinas Pendayagunaan Wanita, Pelindungan Anak dan Kependudukan Propinsi Jawa Timur dan Kabupaten Malang berkaitan pengatasan wanita dan anak sebagai korban.
“Sedang dilaksanakan pencatatan korban dan akan dilakukan tindakan dengan penjangkauan korban,” ucapnya.
Menteri PPPA menjelaskan seharusnya laga sepakbola jadi tontonan yang melipur, membahagiakan, dan aman untuk penontonnya, jauh dari tindak kekerasan dan bawa konsep persaingan yang sehat.
Dia juga memandang lumrah bila olahraga sepakbola jadi tontonan yang juga menarik untuk wanita dan anak-anak.
Akan tetapi, pasti ada beberapa faktor resiko untuk keselamatan wanita dan anak pada tiap aktivitas.
Maka dari itu, dalam tiap laga sepakbola wanita dan anak sebagai barisan rawan harus memperoleh pelindungan.
Dia menjelaskan KemenPPPA menggerakkan semua pihak berkaitan lakukan penilaian keseluruhan berkaitan penilaian resiko stadion dan gagasan mitigasi keadaan genting di stadion jika terjadi kekacauan dan factor keamanan pada pemirsa.
Sarana stadion ditegaskannya harus memberikan dukungan kehadiran pemirsa wanita, anak-anak, dan penyandang disabilitas dengan lengkapi sarana panduan, seperti larangan merokok dan larangan yang lain bisa memacu berlangsungnya kekacauan.
Sejauh ini, factor keamanan pemirsa wanita dan anak-anak menjadi sorotan. Karena itu perlu diperlengkapi dengan prosedur yang bisa jadi tutorial dalam jamin keamanan dan keselamatannya.
Keamanan penyelenggaraan laga sepakbola untuk wanita dan anak harus diawali mulai dari proses pembelian ticket sampai pemirsa tinggalkan stadion selesai laga.
Diharap ada kerja-sama semua pihak, dimulai dari liga, pemerintahan, club, dan suporter untuk merealisasikan laga yang ramah untuk barisan rawan.
“Seluruh pihak harus memahami dalam melakukan proses untuk menampung keamanan dan kenyamanan semua pemirsa, terhitung penyandang disabilitas, wanita dan anak-anak,” kata Menteri PPPA.
KemenPPPA menggerakkan tiap orangtua bisa pastikan anak-anak yang dibawa melihat laga sepakbola betul-betul dalam situasi yang aman serta nyaman, baik saat sebelum, sepanjang atau setelah laga dikerjakan.
Menteri PPPA ajak seluruh pihak, terhitung korban untuk berani berbicara dan ungkap kasus kekerasan pada wanita dan anak.
Untuk mempermudah aksesbilitas ke korban atau siapa yang menyaksikan dan dengar ada kekerasan bisa memberikan laporan kasusnya lewat call-center Teman dekat Wanita dan Anak (SAPA) 129 dan WhatsApp 08111 129 129.