Politik

Sindiran Budayawan Buntet di Peringatan Bulan Bung Karno: Capres Otak Pandir dan Hobi Menculik

×

Sindiran Budayawan Buntet di Peringatan Bulan Bung Karno: Capres Otak Pandir dan Hobi Menculik

Sebarkan artikel ini
Sindiran Budayawan Buntet di Peringatan Bulan Bung Karno: Capres Otak Pandir dan Hobi Menculik
Sindiran Buntet tersebut dituangkan dalam sajak puisi yang dibacakan dihadapan puluhan ribu kader PDIP yang datang.

IDPOST.CO.ID – Budayawan Bambang Ekoloyo Butet Kartaredjasa sindir salah seorang tokoh dalam acara puncak peringatan Bulan Bung Karno (BBK).

Puncak peringatan BBK tersebut digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta Pusat (Jakpus), Sabtu 24 Juli 2023.

Sindiran Buntet tersebut dituangkan dalam sajak puisi yang dibacakan dihadapan puluhan ribu kader PDIP yang datang.

Puisi Bunter dibaca sebelum seniman Sri Krishna Encik menyanyikan lagu ‘Ganjar Siji Ganjar Kabeh’.

Dalam puisinya, Buntet menyebut PDIP mempunyai semangat meneruskan, akan tetapi di sisi lain ada sejumlah kelompok yang hanya menginginkan perubahan.

“Disini semangat meneruskan, disana maunya perubahan. Oh begitulah sebuah persaingan,” ucap Butet

Butet lalu mengusik masalah banjir yang disebutkan hanya barisan air yang sedang parkir.

“Di sini lain nyebutnya kalau banjir, disisi nyebutnya air yang markir. Ya begitulah kalau otaknya pandir,” papar dia.

Butet juga menjelaskan ada figur yang berkoar-koar dianya ingin dijegal karena diincar KPK. Walau sebenarnya, kata Butet, figur yang diartikan nya itu diincar karena ‘nyolong’.

“Pepes ikan dengan sambel terong, makin nikmat tambah empal daging. Orangnya diteropong KPK karena nyolong, eh lha, kok gembar-gembor mau dijegal,” bebernya.

Butet menyebut calon presiden Jawara Presiden Joko Widodo (Jokowi) sama dengan sosok yang memiliki rambut putih dan berusaha keras. Butet lalu menilai figur calon presiden yang hobynya ‘menculik’.

“Jawara Pak Jokowi berambut rambut putih, gigih bekerja sampai jatuh bangun. Hati semua masyarakat Indonesia pasti bersedih bila nantinya ada presiden hobinya kok menculik,” tutur dia.

Saat sebelum akhiri puisinya, Butet mengkritik masalah pimpinan yang dengan modal transaksi bisnis semata-mata. Figur itu, kata Butet, ditanggung bukan tauladan kelas negarawan.

“Cucu komodo mengkeret menjadi kadal, tidak sedap digulai meskipun gunakan santan. Jika pimpinan modalnya hanya transaksional, ditanggung bukan tauladan kelas negarawan,” ucapnya.