IDPOST.CO.ID – Usai peringatan Operasi Gerakan 30 September atau G30S, 1 Oktober 2022 juga terjadi peristiwa berdarah.
Peristiwa berdarah tersebut terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang usai laga Arema vs Persebaya.
1 September khususnya di Indonesia menjadi peringatan kelam di masa lampau yang terjadi pada tahun 1965.
G30S yang diinisiasi Resimen Tjakrabirawa dan Partai Komunis Indonesia atau PKI saat itu, usai dengan pembunuhan pada 6 jenderal dan seorang letnan satu.
Operasi G30S terjadi pada 1 Oktober pagi hari. Walau demikian, operasi ini masih tetap disebutkan Pergerakan 30 September.
Selainnya disebutkan dengan G30S, operasi yang tewaskan beberapa jenderal itu dinamakan dengan Gestapu, Gestok, dan G30S/PKI.
Sama halnya dengan tragedi berdarah yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang pada 1 Oktober 2022 usai kekalahan Arema melawan Persebaya.
Akibat peristiwa Kanjuruhan berdarah tersebut ratusan orang dinyatakan wafat dan puluhan lainya mendapat perawatan.
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta menjelaskan dari 127 orang yang wafat itu, dua salah satunya merupakan anggota Polri.
“Dalam peristiwa itu, sudah wafat 127 orang, dua salah satunya ialah anggota Polri,” kata Nico.
Sekitar 34 orang disampaikan wafat di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Antara 127 orang wafat itu saat memperoleh bantuan di beberapa rumah sakit di tempat.
Sampai, Minggu dini hari sekarang ini ada lebih kurang 180 orang yang jalani perawatan di beberapa rumah sakit itu.
Selainnya korban wafat, terdaftar ada 13 unit kendaraan yang alami kerusakan, 10 salah satunya sebagai kendaraan Polri.
“Masih tetap ada 180 orang yang masih juga dalam perawatan. Dari 40 ribu pemirsa, tidak seluruhnya pengacau. Cuma beberapa, sekitaran 3.000 pemirsa ke lapangan,” sambungnya.
Sebenarnya, sambungnya, laga di Stadion Kanjuruhan itu jalan secara lancar. Tetapi, sesudah permainan usai, beberapa simpatisan Arema FC berasa sedih dan beberapa dari mereka ke lapangan untuk cari pemain dan official.
Petugas penyelamatan selanjutnya lakukan usaha penangkalan dengan lakukan peralihan supaya beberapa supporter itu tidak ke lapangan dan memburu pemain. Dalam prosesnya, pada akhirnya petugas lakukan tembakan gas air mata.
Menurut dia, penembakan gas air mata itu dilaksanakan karena beberapa simpatisan team berjulukan Singo Edan yang tidak senang dan ke lapangan itu sudah bertindak pengacau dan mencelakakan keselamatan beberapa pemain dan official.
“Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Selanjutnya terjadi penimbunan dan pada proses penimbunan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,” ucapnya.