Peristiwa

Blitar SAE, Terima Informasi dari Medsos, Mas Ibin Langsung Gercep Temui Lansia Sakit di Turi

×

Blitar SAE, Terima Informasi dari Medsos, Mas Ibin Langsung Gercep Temui Lansia Sakit di Turi

Sebarkan artikel ini
Blitar SAE, Terima Informasi dari Medsos, Mas Ibin Langsung Gercep Temui Lansia Sakit di Turi

IDPOST.CO.ID – Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin yang akrab dikenal sebagai Mas Ibin—menyempatkan diri datang langsung ke rumah seorang warga lanjut usia bernama Mbah Kasmidi.

Di usia senjanya yang telah mencapai 85 tahun, Mbah Kasmidi tengah berjuang melawan sakit dengan kondisi hidup yang serba terbatas.

Kedatangan Mas Ibin bukan sekadar agenda seremonial. Langkahnya ke rumah Mbah Kasmidi berawal dari sebuah pesan publik yang disampaikan melalui media sosial Pemerintah Kota Blitar.

Aduan itu singkat namun sarat makna: ada seorang lansia sakit yang membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah.

Respons Mas Ibin pun cepat—jadwal resmi disesuaikan, protokol dipangkas. Ia memilih untuk hadir langsung tanpa banyak basa-basi.

“Kalau ada warga sepuh yang butuh perhatian, ya kami harus hadir. Tidak boleh menunggu terlalu lama,” kata Mas Ibin sambil menyerahkan bantuan dengan penuh empati.

Tak hanya datang sendiri, Mas Ibin turut menggandeng jajaran terkait: Kepala Dinas Sosial Sad Sasminarti, Camat Sukorejo Jito Baskoro, Lurah Turi, serta tim Baznas Kota Blitar.

Bersama mereka, dibawa pula paket bantuan dari program Berkat SAE, yang merupakan inisiatif Pemerintah Kota Blitar untuk menjangkau para lansia dalam situasi rentan. Untuk Mbah Kasmidi, bantuan tersebut mencakup kebutuhan khusus seperti susu dan popok dewasa.

Mas Ibin menekankan bahwa kehadiran pemerintah tak cukup dengan distribusi bantuan saja. Lebih dari itu, yang utama adalah menunjukkan bahwa warga tidak dibiarkan sendirian menghadapi keterbatasan.

“Yang penting bukan hanya apa yang dibawa, tapi bagaimana kita hadir untuk mereka,” ungkapnya.

Kota Blitar sendiri telah mengembangkan program “lansia prioritas” sebagai bagian dari strategi sosial berbasis kerentanan.

Lansia yang tergolong dalam program ini dipilih melalui berbagai indikator seperti kondisi kesehatan, keterbatasan ekonomi, dan faktor sosial lainnya.

Pemantauan berkala pun dilakukan oleh Dinas Sosial dan relawan di tingkat kelurahan, memastikan intervensi berjalan konsisten.

Perhatian pemerintah terhadap kelompok lansia bukan hanya respons jangka pendek, tetapi bagian dari desain kebijakan jangka panjang.

Dengan jumlah lansia yang terus bertambah, orientasi pembangunan pun diarahkan untuk lebih inklusif, merangkul kelompok usia lanjut dalam kebijakan kesehatan, perlindungan sosial, dan pelayanan dasar.

Wajah Mbah Kasmidi yang semula tampak letih berubah cerah ketika ia menerima kunjungan itu. Ada secercah rasa aman yang hadir bersama perhatian yang nyata.

Di balik kesederhanaan momen tersebut, tersirat pesan kuat bahwa sentuhan kemanusiaan jauh lebih bermakna daripada sekadar angka-angka di meja birokrasi.

Di balik peristiwa ini juga tersimpan cerita tentang perubahan paradigma dalam pelayanan publik Kota Blitar. Lewat media sosial, warga kini punya akses langsung menyuarakan kebutuhan dan kondisi mereka. Tidak perlu menunggu surat resmi atau laporan berjenjang. Pemerintah merespons dengan cepat.

“Platform digital sekarang menjadi ruang dialog yang penting antara masyarakat dan pemerintah,” ujar Mas Ibin, menegaskan bahwa keterbukaan pada aspirasi publik adalah kunci efektivitas pelayanan.

Reaksi warga Kelurahan Turi pun hangat. Mereka menyambut langkah ini dengan antusias, merasa bahwa perhatian kepada lansia bukan lagi sebatas janji, tapi sudah hadir dalam bentuk tindakan.

Menurut Mas Ibin, program yang menyasar kelompok rentan seperti lansia dan penyandang disabilitas akan terus diperkuat.

“Mbah Kasmidi sudah tercakup dalam program kami, tapi sentuhan langsung itu tidak tergantikan. Kadang yang paling dibutuhkan bukan bantuan materi, tapi rasa diperhatikan,” katanya.