IDPOST.CO.ID – Kemeriahan menyelimuti Kota Blitar saat ratusan penggemar burung kicau dari berbagai penjuru Jawa Timur berkumpul dalam ajang bergengsi Wali Kota Blitar Cup IX.
Acara ini menjadi salah satu momen istimewa dalam rangka menyemarakkan peringatan Hari Jadi ke-119 Kota Blitar, yang tahun ini terasa lebih semarak dengan antusiasme peserta dan penonton.
Lebih dari sekadar kompetisi antarburung, lomba ini telah berkembang menjadi ruang pertemuan lintas komunitas sekaligus penggerak roda ekonomi lokal. Ajang ini menjadi medium yang mempertemukan hobi, budaya, dan potensi ekonomi dalam satu kemasan.
Meskipun Wali Kota Blitar, H. Syauqul Muhibbin (Mas Ibin), tidak dapat hadir langsung, apresiasinya tersampaikan melalui Dewi Masitoh, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian.
Dalam sambutan yang dibacakan, Mas Ibin menyampaikan penghargaan tinggi kepada para panitia, sponsor, dan seluruh peserta yang telah menjadikan lomba ini sukses terselenggara.
“Event ini menciptakan ruang yang positif, mendorong geliat ekonomi, dan memperkuat hubungan antarkomunitas. Ini bukti bahwa Kota Blitar terus bergerak dengan semangat kolaborasi,” ujar Dewi saat menyampaikan sambutan Wali Kota.
Tahun ini, kompetisi terbagi dalam dua kategori besar—G24 dan G36—dengan total 40 kelas yang dipertandingkan. Ratusan peserta berlomba memperdengarkan keunggulan burung peliharaan mereka, mulai dari Anis Kembang, Kenari, hingga jenis favorit seperti Murai Batu dan Cucak Hijau. Hadiah yang diperebutkan pun bervariasi, dengan nominal tertinggi mencapai Rp3 juta.
Tak hanya menjadi wadah penyaluran hobi, gelaran ini juga memberikan dampak langsung bagi aktivitas ekonomi di sekitar lokasi lomba, yakni kawasan Pasar Dimoro. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Blitar, Hakim Sisworo, mencatat adanya peningkatan transaksi sejak pagi hari.
“Event seperti ini menghidupkan ekosistem usaha mikro. Penjual pakan, pernak-pernik burung, sampai pedagang kuliner ikut kecipratan berkah,” jelas Hakim.
Keikutsertaan komunitas burung dari daerah luar seperti Surabaya, Tulungagung, Kediri, dan Pasuruan menunjukkan bahwa Kota Blitar memiliki magnet tersendiri dalam dunia perburungan.
Para peserta tak hanya datang untuk berlomba, tetapi juga menjalin relasi, bertukar pengalaman, dan menikmati atmosfer kebersamaan yang khas.
Lomba ini dinilai secara objektif oleh tim juri profesional dengan parameter ketat, seperti variasi suara, irama kicauan, hingga gaya burung di atas tenggeran. Transparansi penilaian menjadi komitmen utama panitia agar ajang ini selalu dihormati oleh komunitas kicau mania.
Di akhir acara, Dewi Masitoh menekankan pentingnya menjaga keberlangsungan burung kicauan dan menjadikan kegiatan serupa sebagai bagian dari gaya hidup yang mencintai lingkungan.
“Mari kita terus rawat budaya ini dengan bijak. Bukan hanya untuk lomba, tapi sebagai wujud kecintaan terhadap satwa dan lingkungan,” pesannya.