IDPOST.CO.ID – Prabowo Subianto calon presiden nomor urut dua saat debat Pilpres 2024 yang digelar pada Minggu 8 Januari 2024 kemarin pembelian alutsista.
Saat menjabat menjadi Kementerian Pertahanan, Prabowo Subianto membeli alutsista bekas yang disebut-sebut kurang tepat.
Dalam debat yang digelar di Istora Senayan, Jakarta oleh Komisi Pemilihan Umu (KPU) itu Prabowo mengklaim alutsista bekas merupakan keputusan yang tepat.
Menurutnya, alutsista bekas yang pihaknya beli masih berusia muda dan layak pakai di Indonesia.
Dalam debat ketiga Pilpres, Prabowo Subianto menanggapi kritikan terkait kebijakan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) bekas.
Prabowo menegaskan bahwa hampir 50% alutsista yang dibeli pemerintah adalah bekas, tetapi usianya masih muda dan masih layak pakai.
“Baru-baru ini, Pak Anies menyampaikan pendapat bahwa ini barang bekas. Saya bersedia membawa data yang sebenarnya. Sebenarnya hampir 50% peralatan itu dari mana pun adalah bekas, tapi usianya masih muda dan masih layak pakai,” ujar Prabowo dalam debat capres minggu lalu.
Prabowo secara terbuka mengundang Anies Baswedan untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai pertahanan Indonesia. Dia menekankan bahwa pernyataan bahwa alutsista bekas menyesatkan rakyat adalah pernyataan yang tidak tepat.
Namun, kritik terhadap kebijakan ini datang dari dua pesaing Prabowo, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo. Anies menilai penggunaan utang untuk membeli alutsista bekas bukanlah keputusan yang tepat, menyatakan bahwa utang seharusnya digunakan untuk aktivitas produktif.
Ganjar menyuarakan pendapat serupa, mendorong penguatan industri pertahanan dalam negeri dan menolak penggunaan utang untuk pembelian alutsista bekas yang dianggap gegabah dan berisiko bagi keamanan prajurit.
Prabowo berusaha menjelaskan bahwa alutsista bekas yang dibeli memiliki usia pakai yang masih panjang dan memberi contoh pesawat Mirage 2000-5 dari Qatar yang direncanakan untuk dibeli oleh Indonesia. Pesawat tersebut memiliki usia pakai 15 tahun dan masih relevan dengan teknologi canggih.
Prabowo menyatakan bahwa pembelian alutsista baru membutuhkan waktu yang lama untuk pengiriman dan operasional, sementara kebutuhan pertahanan Indonesia mendesak. Dia menekankan perlunya memiliki kemampuan pertahanan segera, mengingat waktu tunggu yang lama untuk pembelian baru.
Dalam menghadapi kritik ini, Prabowo menyoroti perspektif global. Amerika Serikat, sebagai pemimpin dunia dalam produksi peralatan pertahanan, memerlukan waktu sekitar 29 bulan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka terkait alutsista.
Prabowo juga menekankan bahwa seringkali hanya peralatan pertahanan bekas yang diperbolehkan untuk dijual ke negara lain, kecuali ada kondisi khusus yang memungkinkan.
Dalam konteks anggaran, Bonifasius Endo Gauh Perdana, seorang dosen asisten ahli hubungan internasional dan hubungan ekonomi politik internasional di Universitas Tidar, menyatakan bahwa klaim Prabowo sebagian benar.
Meskipun demikian, klaim bahwa 50% alutsista bekas masih berusia muda tidak dapat diverifikasi. Debat mengenai pengadaan alutsista ini mencerminkan dilema yang dihadapi pemerintah dalam menyeimbangkan antara kebutuhan pertahanan yang mendesak dengan pertimbangan keuangan dan operasional.
Prabowo berusaha menegaskan pentingnya mempertahankan dan memperkuat pertahanan negara dengan alutsista yang efektif, meskipun bekas, sementara para kritikus menekankan pentingnya penggunaan dana yang lebih bertanggung jawab dan strategis.