Kupang, Idpost.co.id,- Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga saat ini masih bergelut menghadapi tantangan signifikan terkait sanitasi dan kesehatan lingkungan. Masalah utama adalah masih adanya 1,4% atau sekitar 1.347 warganya buang air besar sembarangan (BABS).
Menghadapi masalah itu, USAID melalui program Indonesia Urban Resilient Water, Sanitation, and Hygiene (IUWASH Tangguh) menggandeng pakar sanitasi DR Koen Irianto Uripan, melakukan perbaikan sanitasi dan kesehatan lingkungan di Kabupaten Kupang.
Salah satu upaya mencapai target Stop BABS, USAID IUWASH Tangguh menggelar pelatihan langsung dan workshop dengan tema “Pilihan Teknologi untuk Mendukung Perilaku Stop Buang Air Besar Sembarangan (BABS)”.
Workshop dilaksanakan di kantor OPD dan Balai Desa Kuimasi, Kecamatan Fatuleu, Kupang, NTT, pada 14-15 Oktober 2024, bertujuan mengenalkan teknologi jamban sehat serta mengidentifikasi hambatan mengubah perilaku sanitasi masyarakat.
Kegiatan workshop dihadiri dinas-dinas di Kabupaten Kupang meliputi, BP4D, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Dinas PUPR, Dinas Kominfo, Dinas Kesehatan, Dinas PKPP, serta Lurah dan Kepala Desa di se-Kabupaten Kupang.
USAID IUWASH Tangguh mendukung Indonesia mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya meningkatkan akses air bersih, sanitasi dan menciptakan kota yang inklusif serta berkelanjutan.
Fokus program ini adalah meningkatkan akses terhadap layanan air minum yang aman dan sanitasi yang layak, serta untuk memperkuat ketahanan lingkungan dalam menghadapi perubahan iklim.
Ardian Hanafi, Fasilitator USAID IUWASH Tangguh Kabupaten Kupang, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan mitra internasional dalam menyukseskan program ini.
“Masalah BABS tidak hanya diselesaikan dengan teknologi, tetapi juga memerlukan adanya perubahan perilaku dan didukung edukasi yang konsisten guna mendorong perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” jelas Ardian.
Ia juga menyoroti pentingnya keterlibatan aktif pemerintah desa (Pemdes) dalam mengalokasikan anggaran yang memadai di sektor sanitasi. Sehingga masyarakat yang belum memiliki jamban sehat dapat terbantu.
Sementara itu DR Koen Irianto Uripan, yang terlibat aktif pada program ini, mengatakan bahwa sanitasi yang baik merupakan hak mendasar dan bagian strategis dari upaya jangka panjang untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
“Kami tidak hanya menyediakan teknologi jamban sehat, tetapi turut menyampaikan edukasi terkait pentingnya sanitasi bagi kesehatan keluarga serta lingkungan. Perubahan perilaku menjadi kunci keberhasilan program ini,” ujar DR Koen.
Ia menambahkan bahwa teknologi yang diperkenalkan harus bisa dipadukan dengan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan merawat fasilitas yang telah disediakan, sehingga program ini dapat terus berlanjut dengan baik.
Dengan kolaborasi antara USAID dan DR Koen serta didukung pemerintah daerah diharapkan bisa segera mencapai target Stop BABS dan sekaligus meningkatkan kualitas sanitasi, sehingga menciptakan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan di masa depan.