SIDOARJO, IDPOST.CO.ID,- Permasalahan stunting di wilayah Kabupaten Sidoarjo telah menjadi salah satu target utama yang harus segera diselesaikan dikarenakan membawa dampak bagi kesehatan anak. Ditambah lagi angka stunting saat ini mengalami kenaikan dari 14,8 menjadi 16,1 persen.
Sebagai upaya dalam pencegahan stunting Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sidoarjo melalui Puskesmas Waru melaksanakan pelayanan gizi serta melakukan kegiatan “Cegah Stunting” dengan mengundang DR. Koen Irianto Uripan, Motivator, Tenaga Ahli Bidang Sanitasi dan Perubahan Perilaku .
Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Senin (26/06/2023) mulai pukul 09.00 WIB hingga selesai di Balai Desa Kepuh Kiriman, Jl. Kolonel Sugiono No.29, Kundi, Kepuh Kiriman, Kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo.
Hadir dalam kegiatan tersebut Camat Waru, Nawari, Kepala Desa Kepuh Kiriman Sarengat dan Ketua BPD H. Miftakhul Ulum, Kepala Puskesmas Waru, dr. Mukarini, Tenaga Ahli Bidang Sanitasi, DR Koen Irianto Uripan, Bidan Desa Kepuh Kiriman, Suryati Ningsih bersama Kader Kesehatan serta perwakilan warga Kepuh Kiriman.
Stunting dapat dicegah dengan melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), salah satunya menggunakan jamban sehat supaya tidak buang air besar sembarangan (BABS). Sehingga dampaknya pada kualitas kesehatan masyarakat akan meningkat.
DR. Koen Irianto Uripan, master sanitasi dan perubahan perilaku, dalam kegiatan Cegah Stunting menyampaikan, membiasakan diri berprilaku PHBS dengan menggunakan jamban sehat akan memiliki dampak cukup besar bagi kita. Karena antara sanitasi yang buruk dan stunting saling berkaitan.
“Pada saat setiap keluarga telah melakukan budaya sehat dengan menjaga kebersihan lingkungan dan sanitasi. Dimana salah satu caranya stop BABS dengan beralih memakai jamban sehat sebagai progres langkah awal menekan stunting,” tutur DR. Koen pada warga Kepuh Kiriman.
Dijelaskan pula, membangun jamban sehat harus didukung oleh pembuatan septic tank yang baik dan benar karena jika asal-asalan dampaknya bisa menimbulkan pencemaran lingkungan yaitu kontaminasi rembesan air tinja yang dapat mempengaruhi sumber air.
Perlu diketahui bahwa sanitasi yang buruk menimbulkan masalah gangguan kesehatan terutama pencernaan pada anak, dan saat sering terkena masalah pencernaan, sistem imunnya menjadi lemah. Sehingga si kecil sering sakit-sakitan, kurang gizi, dan pada akhirnya meningkatkan risiko stunting.
Camat Waru, Nawari, menyampaikan bahwa permasalahan sanitasi ini menjadi tanggung jawab bersama baik Pemerintah Kabupaten (Pemkab), Kecamatan, Pemerintah Desa (Pemdes), Puskesmas dan stakeholder yang terkait untuk bisa mencapai taraf kesehatan masyarakat yang baik di wilayah Kecamatan Waru.
“Pada intinya kami dari jajaran Kecamatan Waru, Pemerintah Desa Kepuh Kiriman dan Puskesmas Waru berniat untuk terus mengurangi hingga menghilangkan masalah kesehatan di masyarakat. Terkait jambanisasi ini kami akan terus berupaya karena keterbatasan masyarakat yang kurang mampu,” ungkap Camat Waru.
Nawari juga menambahkan bahwa perlunya intervensi dari Pemkab, Pemdes, puskesmas dan Kecamatan dalam rangka mewujudkan wilayah Waru Open Defecation Free (ODF) atau wilayah dimana penduduknya bebas dari perilaku buang air besar sembarangan (BABS) sebagai langkah awal pengendalian stunting.
“Untuk mewujudkan Desa ODF kami akan berkolaborasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di wilayah Kecamatan Waru seperti Puskesmas untuk mengajak Pemerintah Desa mengalokasikan sebagian anggaran untuk membangun jamban sehat bagi masyarakat,” pungkasnya.
Teguh